Gombal

Mungkin tulisan ini akan hanya sekedar curhat aja, buatku ini akan menjadi pengingatku karena aku manusia pelupa akut.
Mungkin kisah ini diawali dari aku yang ikut berkumpul dalam segelintir obrolan tentang sebuah resah, dan dimana tempat resah itu layaknya dituangkan.
Namun, saat itu semester ganjil bila membayangkannya rasanya aku tidak akan sanggup mengulang lagi, dan kuakui banyak hal baru yang kudapatkan. 
Singkat cerita, karena padatnya itulah aku melewatkan dua momen pengantarnya, meskipun untungnya aku tidak pernah menyesal atas pilihan yang kuambil. Aku hanya bertanya pada teman yang mengikuti dua momen itu, akupun juga manusia realistis yang memperhitungkan probabilitas, maka aku berani untuk mendaftar. Rasanya saat itu aku menggebu-gebu, dan ternyata tidaklah mudah. Dunia itu terlampau baru, aku yang sangat teknis merasa kewalahan. Terlalu banyak kejutan. Namun, hangatnya ke tujuh manusia ini, benar-benar membuatku bertahan. Kecanggungan ada dipertemuan pertama, dan setelah itu kami dihantam UAS dan liburan, barulah tahun selanjutnya layar mulai dikibarkan. 
Tentang 7 orang ini, mereka yang senantiasa betah dengan manusia cerewet dan panik bernama 'aku'.
Mereka berhasil mendobrakku, membuat bebas jiwaku, membantuku nyaman akan apa yang aku jalani, hingga saat salah satu manusia itu mulai mengajak berkumpul saat malam, lalu malam esoknya, dan esoknya lagi. Hingga hal gila selanjutnya. Aku bisa betah berlama-lama bersama mereka, rela saling membisu dan terus ingin bersama. Mungkin ini yang namanya lebay, tapi perasaan itu masih ada sampai hari ini. 
Aku bisa menceritakan A-Z apapun itu, ya meskipun aku tidak pernah bertanya pada mereka apakah suka atau tidak hahaha. Oh, tentang hal gila itu, aku biasanya sangat kaku saat hendak datang ujian, tapi bersama mereka? Aku katakan ya, mau pergi. Perjalanan panjang, jauh, hujan, lapar, dan terakhir sebelum dipulangkan. Ah, tau begini dulu lebih lama lagi saja berdiam dirinya.
Lalu, esoknya, sehari sebelum pergi kami masih nongkrong, aku yang rasanya sedikit berbicara hari itu sangat senang mendengarkan percakapan kalian. Dan masa-masa nyata itu digantikan dengan layar maya, kadang aku sering sebal dikala sinyalku sulit namun aku sangat ingin bersua.
Entah mengapa, sebalku rasanya terjawab, seolah-olah bila bersama kalian sinyal mendadak muncul semakin malam, dan obrolan random kita bisa sampai pagi.
Kalian tahu, dunia maya itu rasanya nyata bagiku, setelah kita selesaipun beberapakali kita tetap bercakap secara virtual, dan masih ramai dengan pesan-pesan makna dan tidak. 
Aku akan selalu rindu perasaan ini, ya, selalu. Kalian teman dan tempat nyamanku. Selamat berjalan dijalan yang dipilih. Aku sayang kalian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vol 1 : Idealisme

Setelah Menonton Negeri Dibawah Kabut

Why we not adopted local wisdom technique for food security?