Berproses untuk hidup, berjuang untuk hidup, pada akhirnya : mati.

Lalu lalang, semua berdinamika siang ini. Riuh. Saling acuh dan ada yang acuh tak acuh. Disisi sukacita dan bahagia, arah pandangku kali ini tertuju pada orang-orang yang berpenghidupan dari hari ini. Berjuang untuk nafas kehidupan, berkejaran dengan tuntutan pemenuhan. Banyak yang bertaruh disini, karena bila tidak, tak ada cara lain. Toh untuk kita yang sedari awal tak memiliki apa apa tidak masalah bertaruh, karena bila rugi kita kembali pada apa yang tak apa apa ini. 

"Ditengah harumnya aroma sukses, kami hanya bisa melihat bahagianya, mungkin beberapa dari kami berdoa anak-anak kami akan menjadi diantara kalian suatu saat nanti, beberapa dari kami juga ada yang bertanya kapan kami seperti kalian? Kapan kami akan sukses? Kapan kami  merasakan dampak kaula muda yang setiap tahunnya, katanya, tengah membangun bangsa?
Namun kami pun sadar betul, bahwa semua juga membangun keluarganya, bangkit dengan usahanya. Karena banyak dari kalian pun pada posisi kami dan kalian salah satu yang memiliki kesempatan merubah hidup. Semoga, setelah merubah hidup kalian. Kalian ingat kami, kaum kecil yang dipelihara negara, membangun dengan keberlanjutan bukan menyuapi nasi yang esok cepat basi". 

Mungkin itu yang tersirat dari mata-mata itu. Ya, ternyata menjadi generasi muda itu tidak selalu mudah, bahkan rasanya harusnya bisa melakukan banyak hal dengan energi sebanyak ini. Kadang kala, kita sering lupa semua hal yang kita nikmati ada andil dari orang disekitar kita. Ya, pajak-pajak yang terbayarkan semua orang berotasi, menjadi supply, dan salah satunya memenuhi kehausan kita pada ilmu. Aku rasa sudah banyak yang sadar akan ini, bahwa generasi muda harusnya mampu merubah negeri ini. Tapi bagaimana? Bila era-era sekarang sibuk mendistrupsi generasinya sendiri, hanya sedikit yang tetap kokoh teguh membela bangsanya. Hanya sedikit yang masih mempercayai ke idealan sebuah bangsa dan sebuah kemajuan, sisanya hanya berpasrah yang penting aku hari ini hidup senang dan kenyang. Masalahnya ini bukan perihal kamu kenyang kita semua juga kenyang, ada yang lebih fundamental dari itu. Sebuah visi perlu selalu dibawa, visi kebangsaan, visi keumatan yang perlu diwujudkan. Kenapa? Karena dengan terwujudnya visi ini niscaya keadaan bangsa ini akan kembali pada jalan yang baik dan benar, dimana negaranya menjadi surga bukan mencekik bagai neraka. Bukankah sebuah negara didirikan untuk memenuhi setiap kebutuhan fundamental setiap insan? Bila hanya segelintir insan yang merasakannya saja apa pantas negara ini tetap pongah berdiri? 
Aku paham, tidak semua mudah seperti dibicarakan. Tapi kembali lagi visi itu harus terus dijunjung, bukan sibuk memperkaya dan mengenyangkan diri. Hidup cukup itu tidaklah susah, untuk apa sibuk perkaya diri bila tetangga, kerabat, bangsamu sisanya sibuk mengais-ngais pedihnya kehidupan? 
Karena pada akhirnya mati adalah sebuah kemutlakan, jadi legacy apa yang akan kau tinggalkan agar bumi ini menjadi lebih baik? Legacy apa yang kau adakan untuk mengantarkan bangsa ini mencapai visi-visinya?
Tapi, apa kau tau visi negara ini apa? Ah atau visi kamu apa?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Vol 1 : Idealisme

Setelah Menonton Negeri Dibawah Kabut

Why we not adopted local wisdom technique for food security?